Minggu, 01 Desember 2013

Keaksaraan Fungsional



Program pemberantasan buta huruf merupakan tindak lanjut dari amanat UUD 1945, dimana pemerintah telah menempuh banyak cara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, baik melalui jalan formal maupun non formal. Tetapi hasil yang dicapai belum memadai, terbukti dengan masih banyaknya tingkat warga negara yang menyandang predikat buta aksara dan buta aksara lanjutan. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya warga negara mendapat kesempatan belajar akibat tingginya tingkat kemiskinan sehingga warga tidak dapat memfasilitasi dirinya untuk belajar.
Masyarakat yang buta aksara jarang sekali mengakui secara terbuka bahwa dirinya buta huruf. Bahkan mereka enggan untuk mau belajar membaca, menulis, berhitung serta berkomunikasi. Walaupun ada kemauan namun terhambat oleh keterbatasan biaya. Masyarakat tersebut tidak akan mampu meningkatkan mutu dan kualitas taraf hidupnya. Untuk memotivasi masyarakat yang buta aksara, maka diperlukan pendekatan dan metode yang sesuai dengan karakter dan kultur yang ada agar usaha pendekatan tersebut memperoleh hasil yang maksimal.
Sebagai tindak lanjut dari program kerja pemerintah Kota Batu yang akan mengentaskan buta aksara bagi warganya. Program kegiatan belajar masyarakat (PKBM) yang di dalamnya terdapat kegiatan Keaksaraan Fungsional (KF). Untuk menopang terbentuknya warga masyarakat yang mammpu membaca, menulis, dan berhitung (CALISTUNG).

A.    Kegiatan Pembelajaran yang Dilaksanakan
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran keaksaraan fungsional (tingkat keaksaraan dasar) dilaksanakan meliputi beberapa tahapan. Ini dilakukan agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan efektif.
Tahapan-tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a.       Pembukaan KF dan perkenalan
Hari pertama kegiatan pembelajaran di mulai dengan agenda pembukaan kegiatan keaksaraan fungsional, perkenalan antara tutor dengan warga belajar, hal ini bertujuan agar tutor bisa lebih akrab dengan warga belajar sehingga tidak ada rasa canggung yang menyebabkan warga belajar enggan atau malu bertanya, mendiskusikan kesepakatan jam belajar agar tidak ada aktifitas warga belajar yang terganggu oleh kegiatan keaksaraan fungsional.
b.      Mengidentifikasi kemampuan awal dan kebutuhan belajar warga belajar.
Identifikasi dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada Warga Belajar seputar membaca dan berhitung lalu menuangkannya ke dalam media tulis.
c.       Membuat Program Kegiatan Pembelajaran
Program ini dibuat sekali selama kegiatan berlangsung sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan pembelajaran sekaligus sebagai batasan-batasan materi yang akan disampaikan kepada Warga Belajar. (jurnal terlampir)
d.      Melaksanakan proses pembelajaran
Proses pembelajaran dilaksanakan sangat tergantung pada situasi dan kondisi Warga Belajar agar mereka merasa nyaman dalam mengikuti proses pembelajaran. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan media papan tulis sebagai tempat menulis tutor serta buku dan alat tulis untuk media menulis warga belajar.


e.       Melakukan penilaian proses dan hasil belajar Warga Belajar
Penilaian proses dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung untuk mengetahui perkembangan dari masing-masing Warga Belajar sedangkan hasil belajar diperoleh setelah tutor memberikan evaluasi akhir pada setiap pertemuan.



B.    Bahan Belajar, Media dan Sumber yang Dipergunakan
1.      Bahan Belajar
Bahan belajar sangat besar maanfaatnya dalam pemahaman materi oleh Warga Belajar. Bahan Belajar ini disesuaikan dengan kebutuhan Warga Belajar, seperti tersebut di bawah ini :
-          Dalam membuat bros : Benang, jarum, kain perca, manic-manik, alat glue gun, lem lilin, peniti, gunting, pola dasar.
-          Dalam membuat obat batuk tradisional : panic, kompor, air, jahe, kapulaga, gula batu, gelas, sendok, pisau, saringan, dll.

2.      Media
a.       Papan tulis
b.      Spidol
c.       Miniature jam

3.      Sumber
Selain menggunakan bahan belajar dan media pembelajaran, proses pembelajaran juga sangat memerlukan sumber-sumber belajar seperti :
a.       Buku Tematik KF
b.      Resep makanan
c.       Formulir data diri
d.      Membuat surat
e.       Membuat daftar belanja


BC.    Hambatan dan Strategi Mengatasi Hambatan

1.      Hambatan
Hambatan yang ditemui dalam penyelenggaraan Keaksaraan Fungsional (tingkat keaksaraan dasar) adalah sebagai berikut :
a.       Keterbatasan kemampuan Warga Belajar sehingga proses pembelajaran terhambat.
b.      Warga Belajar kurang aktif dalam pembelajaran
c.       Warga  Belajar masih malu-malu untuk mengikuti pembelajaran
d.      Warga Belajar kurang memperhatikan penjelasan tutor


2.      Strategi yang digunakan untuk mengatasi hambatan
Strategi yang dilakukan oleh tutor dalam mengatasi hambatan atau masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut :
a.       Warga Belajar yang kurang aktif dibentuk menjadi kelompok kecil dan diberikan permasalahan untuk dibahas. Tugasnya tutor mendampingi dengan memberikan motivasi-motivasi.
b.      Warga belajar yang masih merasa malu diberikan motivasi dan pendekatan persuasif serta memberikan gambaran tentang pentingnya pembelajaran keaksaraan fungsional bagi kehidupannya di masyarakat.

c.       Warga Belajar yang kurang memperhatikan dibentuk kelompok kecil dan kemudian penyampaian materi melalui satu per satu dari kelompok kecil tersebut.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar